JKT48 Fan Fict : Ber-Jetcoaster Berdua

Aku berada di sebuah taman bermain bernama Dupan. Taman bermain yang melegenda ini menjadi tempat favorit banyak orang, termasuk aku dan Acha, seorang teman perempuanku yang cantik, berambut panjang.
Aku dan Acha berjalan diiringi panasnya hari ini. Kami berjalan bersebelahan mengitari Dupan sambil mencari wahana apa yang akan kami naiki.
“Kamu mau ngomong apaan sih? Sampe harus ngajak aku ke tempat kayak gini?” Tanya Acha.
“Ntar aja, kita main dulu aja.” Balasku.
“Main apa, Jet Coaster yuk?” Ajak Acha.
“HA? Jet Coaster? Emm… ntar deh, itu dulu aja yang lucu tuh Kuda.”
“Kayak anak kecil deh kamu.”
“Itu yang pacaran juga anak naik begituan.”
“Emang kita pacaran?” Tanya Acha.
“Engg….. enggak sih…”
“Yauda naik Jet Coaster aja” Ajak Acha memaksa.
“Ntar deh, tuh naik itu dulu deh tuh, Bum-bum Car.”
Aku menarik tangan Acha menuju wahana Bum-bum Car. Aku menaiki mobil yang bernomer 4, sedangkan Acha bernomer 8. Acha dan Aku saling bertabrakan dengan mobilnya. Kami tertawa lepas dan bahagia. Setelah bermain, Aku dan Acha berjalan bersama sambil memperhatikan wahana lain.
“Kamu nabraknya jago banget, Cha.” Ucapku.
“Hahaha kamu tadi jadi korban tabrak aku yah?”
“Iya, korban tabrak lari perasaan.”
Acha melirik ke arahku dengan muka penasaran. Kubalas dengan senyum meledek. Saat kami berjalan dibawah wahana Jet Coaster, terdengar teriakan orang – orang yang menaiki wahana itu. Aku terdiam dan merinding mendengarnya.
“Kamu?” Tanya Acha.
“Ngeri gak sih naik gituan?”
“Seru tau, bisa teriak gitu.”
“Aku… takut.”
“Kalo takut, tutup mata aja sambil teriak.”
“Teriak apaan?”
“Apa kek, yang mau kamu ungkapin.”
“O… gitu ya.”
“Eh bentar, ada telepon masuk, bentar yah.”
Acha meninggalkanku. Terlihat Acha sibuk dengan teleponnya. Akupun kepo dengan isi pembicaraan Acha. Terdengar dari di telepon itu, kalau yang menelpon Acha adalah lelaki.
“Tadi siapa yang nelfon?” Tanyaku.
“Temen aku.” Balas Acha.
“Oh.”
“Dia cuma ngabarin aja tadi, kalo besok suruh kesekolah bawa bukunya yang kebawa sama aku.”
“Oh.”
“Kok oh sih?”
“Terus aku harus jawab apa? Dia ganteng apa enggak? Dia berani naik Jet Coaster apa enggak? gitu?”
“Ih kok sewot sih kamu?”
“Enggak, aku gak sewot.”
“Tuhkan sewot, cemburu ya?”
“Hiiii, cemburu, amit – amit. Makan yuk ah.”
Aku berjalan didepan Acha. Acha mengikuti langkah Bayu sambil cengar – cengir.
Aku dan Acha kini duduk berhadapan di sebuah meja yang berisikan makanan dan minuman yang sudah selesai dimakan.
“Udah selesai makan nih, kamu mau main apa lagi?” Tanya Acha.
“Main hati aja, gimana?” Tanyaku.
“Yah ilah, masih aja usaha.” Ledek Acha.
“Kamu maunya naik apa sih?”
“Jet Coaster, yuk…”
“Tapi aku takut, Cha. Sumpah deh.”
“Huh… gini aja, selama disana, kamu pegang tangan aku aja, gimana?”
“Ah, yaudah deh. Kan sekalian ada yang mau aku omongin.”
“Apa tuh?” Tanya Acha penasaran.
“Ntar aja.”
Aku dan Acha terus berjalan tanpa arah di Dupan. Sampai akhirnya langkah membawa kami ke wahana Jet Coaster.
Teriakan – teriakan yang terdengar dari wahana itu membuatku merinding disko. Acha menatap Jet Coaster dengan tatapan penuh rasa penasaran. Saat melirik ke arahku, Acha melihat keraguan pada diriku.
“Kamu kenapa?” Tanya Acha.
“Aku..aku….” Balasku terbata – bata.
“Katanya ada yang mau kamu omongin?”
“Aku…sebenernya…”
“Ya…kamu kenapa?”
“Sumpah, Cha…”
“Iya kenapa?”
“Sumpah aku takut naik Jet Coaster.”
“Ih…terus aku naik Jet Coaster sama siapa kalo gak sama kamu?”
“Yaa… sendiri aja?”
“Kamu tega aku sendirian disana? Aku muter – muter teriak histeris sendirian?”
“Enggak sih… tapi aku…”
“Yaudah kamu naik juga, kita teriak bareng…”
“Sumpah, aku takut, mending kamu suruh aku tawuran sama anak STM daripada naik itu.”
“Yang kamu takutin apa sih? Takut ketinggian?”
“Enggak terlalu takut kalo ketinggian.”
“Terus?”
“Terus… kita naik yang lain dulu deh, Cha…”
“Apa?”
“Tuh, itu aja Bianglala…”
Acha hanya cemberut. Bibirnya hampir jatoh. Aku langsung menarik tangan Acha dan menggandengnya menuju wahana Bianglala.
Aku dan Acha duduk berhadapan didalam Bianglala. Saat kotak Bianglala yang kami naiki sudah berada diatas, Acha menatapku.
“Kamu mau ngomong apa tadi emangnya?” Tanya Acha.
“Aku lebih takut ngomongin hal itu, daripada naik Jet Coaster.”
“Ih apaan sih, aku Kepo tau…” Acha penasaran.
“Kepo is hurt, more you know more you hurt.”
“Ah, kamu mah… eh, naik Jet Coaster gak berani, tapi kok naik Bianglala gini yang lebih tinggi kamu malah berani.”
“Moment berdua kayak gini bisa lebih dinikmatin dari pada naik Jet Coaster.”
“Emang bedanya apa?” Tanya Acha.
“Kalo Jet Coaster, bikin hati jadi berdegup kencang, kalo Bianglala bikin hati damai.”
“Oh…”
“Kedua hal itu, yang aku rasain kalo lagi bareng atau berdua sama kamu.”
“Maksud kamu?”
“Kadang kamu tuh kayak Jet Coaster kalo lagi kumat, bawel sendiri, gak bisa diem. Tapi kalo aku merhatiin kamu lagi anteng, diem gitu, rasanya damai, tenang.”
“Eeerrrr….” Gerutu Acha.
“Jadinya mau kamu kayak gimana juga, aku bakalan tetep nyaman sama kamu.”
“Jadi ini yang mau kamu omongin sama aku?”
“Ada lagi sih sebenernya.”
“Apa?”
“Huff… Aku ngomongnya pas di Jet Coaster aja yah.”
“HA? Kamu mau naik Jet Coaster?? Tadi katanya takut.”
“Aku lebih takut kehilangan kamu, yuk. Tuh udah mau turun Bianglalanya.”
Acha bengong menatapku yang mengucapkan kalimat barusan.
“Heh, kamu kenapa? Tuh bibirnya mau jatoh. Ayo.” Ajakku sambil menjulurkan tangan.
Acha meraih tanganku dan keluar di Bianglala. Kami bergandengan tangan dan berjalan menuju Jet Coaster.
Sesampainya di wahana itu, kami mulai mengantri. Tanganku dan Acha masih bergandengan.
“Tangan kamu kok jadi dingin gini? Gerogi?” Tanya Acha
“Biarin, yang penting hati aku gak dingin.”
Jet Coaster tiba. Penumpang yang duduk pun keluar dari kursinya. Aku dan Acha menempati kursi ketika. Pengaman telah terpasang di badanku. Aku kembali mengecek keamanan dari sabuk yang kupakai.
Jet Coaster mulai berjalan. Perlahan menambah kecepatannya dan menaiki tanjakan. Terdengar gesekan roda dan rel. Bunyinya cukup mengganggu telingaku. Acha menatapku dengan tatapan kasihan.
“Cha…aku…”
“Ya?”
Jet Coaster mulai berada di puncak rel yang berada diatas. Kalau begini ceritanya, aku pasti duluan yang merasakan terjunnya Jet Coaster ini.
Teriakan orang – orang mulai terdengar. Aku menutup mata sambil menahan suaraku agar tidak berteriak.
Saat Jet Coaster menuju rel selanjutnya dan berputar, aku tak tahan untuk berteriak.
“ACHAAAAAA!!!!!!!!!!!!” Ucapku dengan berteriak.
“APAAAAAAAAAA???” Balas Acha sambil berteriak.
“AY WONCUUU!!!”
“AAAAAAAAAAAAAAAA GAK DENGER!!”
“ACHAAA AY LOV YUUUUU!!!”
“AKU JUGAAA!”
“JUGA APAA?”
“AY NID YUUU!!”
Tangan kami berdua terus berpegangan keras selama Jet Coaster itu melaju cepat. Nafasku mulai teratur ketika Jet Coastere mulai melambat dan aku mulai membuka mataku. Saat aku menoleh ke Acha, ia sedang memperhatikanku sambil tersenyum.
“Kenapa kamu?” Tanyaku.
“Coba ulang lagi yang tadi kamu bilang.”
“Enggak ah…”
“Ulang lagi gak, apa gak kita ulang nih Jet Coasternya.”
“Iya iya…”
Acha menatapku dan menunggu ucapanku.
“Acha, ay woncu…ay lovyuu” Ucapku agak pelan.
Acha tersenyum sambil mencolek pipiku.
“Seneng deh, ber Jet Coaster berdua sama kamu.” Ucap Acha.
Jet Coaster kini sudah berhenti. Aku dan Acha beserta penumpang lainnya keluar dari Jet Coaster.

~ END ~

Thank to : www.jkt48fans.com

0 komentar:

Post a Comment